Penulis: Mujianto |
YOGYAKARTA – Politisi
sebaiknya bukan pencari kerja, tetapi mereka yang sudah mapan secara ekonomi.
Dalam kondisi normal politisi harus mandiri secara ekonomi dari pendapatan
politik yang didapatnya. Paparan ini pernah disampaikan Ilmuwan Jerman Max
Weber pada tahun 1919 dalam kuliah terbuka. Menurut pakar paleoantropologi UGM,
Prof. Drg Etty Indriati, Ph.D, paparan weber tersebut masih relevan dengan
kondisi politik di Indonesia saat ini.apabila caleg yang saat ini terdiri dari
pencari kerja, tidak menutup kemungkinan akan menjadikan posisinya nanti
sebagai mata pencaharian, maka risiko penyalahgunaan wewenang untuk meraih pendapatan
financial untuk dirinya sendiri semakin besar. “akibatnya, kepentingan
dikorbankan.”
Etty mengungkapkan
korupsi oknum anggota parlemen sudah bukan rahasia umum lagi dan marak terjadi
di berbagai negara. Menurut Etty pemimpin yang baik seharusnya mempraktikkan
tahta untuk rakyat dan berupaya mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat dan berapa anggaran yang harus dialokasikan.
“ Karenanya suara rakyat tidak dibeli dengan uang namun dengan pengetahuan,
empati, kebijakan tepat guna, tepat sasaran serta ketegasan dalam bertindak.”
Berdasarkan kajian Ilmu
Paleoantropologi, Etty menegaskan, pola korupsi yang dilakukan para koruptor
tak ubahnya struktur sosial tribe, evolusi peradaban manusia di masa lampau,
pemerintahan dibentuk berbasis keluarga sanak saudara. Yang terjadi saat ini,
koruptor dan politisi membangun kekuasaan melalui mekanisme kekerabatan meski
hidup dinegara modern. “mereka seolah hidup diabad pertengahan.”
Untuk memutus rantasi
kekerabatan perilaku korupsi ini, negara perlu mengaturnya dengan tegas. Di
Australia kecil sekali ditemukan praktik korupsi karena negara berhasil memutus
mata rantai kekerabatan.